1.
Hongkong, 2011. Saat itu musim
dingin tapi tidak bersalju, tapi tetap
terasa hangat untuk Joe dan Tike…
Pasangan beda negara, beda budaya,
beda tradisi, beda tempat lahir, dan juga tanggal lahir ini dipertemukan di Hongkong
di kota tersibuk di China. Joe adalah pria kelahiran Gottingen German yang
memiliki kulit yang putih, berambut pirang, bermata indah, berhidung mancung,
berbadan tegap dan memiliki senyum yang menyenangkan. Sedangkan Tike. Gadis
berambut pendek asli Indonesia, lahir tahun 1985 di kota yang menemukan
Rendang, tingginya standart orang Indonesia yaitu 165cm, berkulit sawo matang
dan manis jika sedang bernyanyi dengan gitar akustiknya.
2.
Pada tahun 2011, Joe sedang dalam
proses mewujudkan mimpinya yaitu berkeliling dunia dengan menjadi backpacker.
Setelah menyelesaikan sekolahnya Joe memulai untuk merealisasikan impian nya
itu dengan modal yang tidak terlalu banyak. Tujuan akhirnya adalah Australia negara yang dulu pernah ia singgahi saat mengikuti program pertukaran pelajar.
Di Australia Joe berniat akan meneruskan kuliahnya untuk menjadi Antropolog dan
dia menganggap perjalanan ini akan menjadi modal awal untuk mempelajari
keragaman sosial budaya di berbagai negara.
Sama halnya dengan Joe, pada tahun 2011 Tike juga sedang dalam proses
mewujudkan mimpinya yaitu sebagai musisi termasuk songwriter, penyanyi dan
composer. Ditahun itu dia bekerja di sebuah label musik indie di hongkong dan
menjadi satu-satunya orang Indonesia di label tersebut.
3.
Juni 2011, saat itu mereka sedang
sama- sama duduk di sebuah tempat makan di pinggir jalan tepatnya di temple
street night market , Tike makan gorengan-gorengan dengan ditemani gitar
akustiknya. Sedangkan Joe makan dimsum
dan siomai ditemani dengan tas ransel besarnya. Sambil mengunyah dimsumnya
sesekali Joe melirik kearah Tike yang sedang makan gorengan sambil sibuk
memegang smartphonenya dengan earphone yang menempel di telinganya. Dengan
sedikit nekat dan rasa penasaran yang tinggi akhirnya Joe menegur Tike
“Apakah kamu orang China ?” Tanya Joe dengan sangat hati-hati.
“Sorry?” jawab Tike sambil membuka earphonenya, sepertinya Tike
tidak mendengar pertanyaan Joe.
Dan Joe mengulang pertanyannya lagi
“ Apakah kamu orang China?”. Mungkin Joe heran karena ada orang China yang tidak
sipit dan berkulit sawo matang.
“ Hahaha tidak saya orang Indonesia
yang bekerja di hongkong, knp? Mata saya tidak sipit yah? Haha “ jawab Tike
dengan sangat ramah. Joe pun ikut tertawa.
“Ohh, saya fikir kamu orang China..
lalu kamu berasal dari mana?” Tanya Joe yang bertanya sambil tersenyum manis
sekalii (ini sih pengakuan dari Tike haha).
“Haha bukan, saya asli orang Indonesia, kamu
tahu Indonesia? Bali tau Bali ? pasti kamu tahu kalau bali, bali itu di
Indonesia.” Jawab tike dengan semangat 45 yang berkobar karena menceritakan
Indonesia.
“Ohh yaaa, saya tahu Indonesia,
Bali, Papua, Bandung saya tau semuanya haha saya suka negara kamu dia unik,
variatif dan budaya nya kental sekali. Saya suka dan akan berkeliling negara
kamu suatu saat nanti..” jawab joe dengan nada yang juga bersemangat.
“Yaa itu harus, Indonesia jauh
lebih indah dari Hongkong, makanannya lebih enak, orangnya lebih ramah, dan
pemandangannya indaaaahhh sekali, bla bla bla bla” tike mulai menceritakan tentang Indonesia
seakan tak ada yang bisa menghentikan dia bercerita kecuali ada meteor yang
jatuh di depan meja mereka. Dan joe sangat menikmati situasi itu.
Akhirnya semalam panjang mereka
bercerita dari kebudayaan di Indonesia, kebiasaan orang german, kondisi ekonomi
di Indonesia, keindahan alam Indonesia, tempat yang harus dikunjungi saat ke
German, tujuan ke hongkong, latar, hobby
mereka masing-masing, aliran musik yang mereka suka, band kesukaan dan
banyak lagi. Tanpa sadar waktu sudah
menunjukkan jam 02.15.
“wah sudah hampir pagi, benar kata
orang kalo hongkong tidak pernah tidur, sudah selarut ini saja masih banyak
yang duduk-duduk sambil makan dan minum bir” ucap joe.
“Haha yaa begini lah Hong kong
sering membuat kita terjaga sepanjang malam. Baiklah, yuk kita pulang”
Ajak tike sambil bergegas
menganggkat gitar akustik kesayangannya pemberian dari sang ayah.
“Okee, tike boleh kamu temani saya
selama di Hong kong? Banyak hal yang saya ingin tahu tetang hongkong, Indonesia
juga hehe” minta joe sambil tersenyum memohon.
“ Tentang Hong kong atau tentang
saya? Haha jawab tike sambil tertawa dengan tawa yang khasnya.
“Yaa keduanya lah haha” jawab joe.
Dan mereka berdua tertawa dan melanjutkan percakapannya di sepanjang perjalanan
pulang.
“Tike kenapa kamu pilih akustik?
Tanya joe.
“Kamu kenapa pilih Antropologi
sosial? Tanya tike balik.
“ Yah malah ditanya balik.. hmm
kenapa yahh, menyenangkan aja menurut ku bisa bertemu banyak orang yang
beragam, mempelajari perbedannya dan bisa lebih menghargai perbedaan tersebut.
Menurut saya hidup yang asik itu kalau bisa berbagi dan berguna untuk hidup
orang lain apalagi orang banyak” jawab joe dengan sangat serius.
“Hmm menarikk jawabannya” jawab tike santai.
“Lalu kamu, kenapa akustik?” Tanya
joe lagi.
“Haha masih mau tau toh,kenapa
yahh, kenapa akustik yah. Enggak ada jawaban yang semenarik jawaban kamu sih.
Simple, Cuma karena aku bisa lebih menikmati, merasakan musik yang aku mainkan
tanpa harus menggunakan banyak instrument. Rasanya lebih tenang, lebih intim
aja antara aku dan musikku.. haha“ jawab tike.
“ Haha standart yah jawabannya?
Cuma tentang aku, enggak kayak kamu yang mikirin banyaaak orang haha” jawab
tike sambil membuka tangannya lebar-lebar.
“ Haha enggak kok kamu juga keren,
kalo mau berguna untuk orang lain, harus bisa berguna untuk diri sendiri dulu
kan haha” jawab joe bijak.
“Haha tuh kan jawaban kamu keren
lagi, aku rasa kamu lebih cocok jadi penulis haha” jawab tike sambil bercanda.
Lalu, mereka berdua tertawa dan
teggelam dalam percakapan panjang tanpa tujuan pada malam itu.
………
Bersambung.
www.videographerindonesia.blogspot.com